MATERI PGMI

Prosa ialah karya sastra dalam bentuk bahasa yang terurai tidak terikat oleh rima, ritma, jumlah baris dan sebagainya. Adapun unsure-unsur instrik dalam prosa 1. Tema adalah tentang apa prosa tersebut berbicara 2. Amanat atau pesan yaitu nasehat yang hendak disampaikan kepada pembaca 3. Plot atau alur adalah rangkaian peristiwa yang membentuk cerita 4. Perwatakan atau karakteristik atau penokohan adalah cara-cara pengarang menggambarkan watak pelaku. 5. Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan diri 1. Sudut pandang orang pertama adalah pengarang sebagai pelaku 2. Sudut pandang orang ketiga adalah pengarang tidak menjadi pelaku 6. Latar atau seting adalah gambaran atau keterangan mengenai tempat, waktu, situasi atau suasana berlangsungnya peristiwa 7. Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa Dalam tradisi sastra Melayu lama, prosa adalah seluruh hasil karya sastra lisan dan tulisan yang panjang, baik yang berbentuk cerita ataupun bukan cerita, dengan bahasa Melayu sebagai medium. Dari tradisi lisan, muncul tiga genre prosa yang sangat populer di kalangan masyarakat Melayu yaitu: cerita mitos, legenda dan dongeng. Sedangkan dari tradisi tulisan, muncul prosa genre cerita (narasi) dan bukan cerita. Prosa tulis yang berbentuk cerita di antaranya hikayat, epik, sastra panji, sastra sejarah dan sastra agama; sementara prosa tulis yang bukan cerita, di antaranya prosa tentang undang-undang, kitab dan ilmu tradisional. Dalam prosa, bahasa dipahami dalam pengertian denotatif, sesuai dengan makna leksikalnya. Oleh sebab itu, prosa seringkali dipertentangkan dengan puisi. Namun demikian, ada pula bentuk prosa yang terpengaruh oleh puisi, yang disebut dengan prosa liris atau prosa puitis. Prosa lama biasanya dicirikan dengan kesukaan pengarang untuk menggambarkan kehidupan masyarakat di saat prosa itu dikarang. Secara umum, ada beberapa ciri lain yang menonjol pada prosa lama tersebut antara lain: (1), deskripsi yang jelas dan panjang mengenai hal-hal fantastis yang berpusat pada kehidupan istana; (2), banyak unsur bahasa asing sebagai akibat dari pengaruh agama Hindu dan Islam; (3), tanggal dan nama pengarang tidak tertulis; (4), khusus prosa narasi yang mendapat pengaruh Islam, biasanya dimulai dengan kalimat, kata sahibul hikayat atau konon kabarnya. Di antara contoh prosa lama adalah Hikayat Bayan Budiman; Bustan al-Salatin; Hikayat Hang Tuah; Hikayat Misa Jayeng Kusuma;Kitab Hadiqah al-Azhar wa al-Rayyahin; dan Hikayat Nur Muhammad. Dalam portal ini, berbagai jenis prosa dan contoh-contohnya diuraikan secara rinci dan sistematis. Cerita Pendek. Novel. Novel Teenlit. Unsur-unsur Intrinsik dalam Prosa Yang dimaksud unsur-unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra adalah unsur-unsur pembangun karya sastra yang dapat ditemukan di dalam teks karya sastra itu sendiri. Untuk karya sastra dalam bentuk prosa, seperi roman, novel, dan cerpen, unsur-unsur intrinsiknya ada tujuh: 1) tema, 2) amanat, 3) tokoh, 4) alur (plot), 5) latar (setting), 6) sudut pandang, dan 7) gaya bahasa. 1. Tema Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu karya sastra disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema dalam banyak hal bersifat ”mengikat” kehadiran atau ketidakhadiran peristiwa, konflik serta situasi tertentu, termasuk pula berbagai unsur intrinsik yang lain. Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami). Dalam menentukan tema, pengarang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: minat pribadi, selera pembaca, dan keinginan penerbit atau penguasa. Dalam sebuah karya sastra, disamping ada tema sentral, seringkali ada pula tema sampingan. Tema sentral adalah tema yang menjadi pusat seluruh rangkaian peristiwa dalam cerita. Adapun tema sampingan adalah tema-tema lain yang mengiringi tema sentral. 2) Amanat Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita. 3) Tokoh Tokoh adalah individu ciptaan/rekaan pengarang yang mengalami peristiwa-peristiwa atau lakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Pada umumnya tokoh berwujud manusia, namun dapat pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Tokoh dapat dibedakan menjadi dua yaitu tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral adalah tokoh yang banyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Tokoh sentral protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif. 2. Tokoh sentral antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif. Adapun tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercayaan tokoh sentral (baik protagonis ataupun antagonis). 2. Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekali memegang peran dalam peristiwa cerita. 3. Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atau berfungsi sebagai latar cerita saja. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh. Ada dua metode penyajian watak tokoh, yaitu: 1. Metode analitis/langsung/diskursif, yaitu penyajian watak tokoh dengan cara memaparkan watak tokoh secara langsung. 2. Metode dramatik/tak langsung/ragaan, yaitu penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan lakuan tokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh. Adapun menurut Jakob Sumardjo dan Saini KM, ada lima cara menyajikan watak tokoh, yaitu: 1. Melalui apa yang diperbuatnya, tindakan-tindakannya, terutama bagaimana ia bersikap dalam situasi kritis. 2. Melalui ucapana-ucapannya. Dari ucapan kita dapat mengetahui apakah tokoh tersebut orang tua, orang berpendidikan, wanita atau pria, kasar atau halus. 3. Melalui penggambaran fisik tokoh. 4. Melalui pikiran-pikirannya 5. Melalui penerangan langsung 4) Alur (Plot) Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat disusun berdasarkan tiga hal, yaitu: 1. Berdasarkan urutan waktu terjadinya (kronologi). Alur yang demikian disebut alur linear. 2. Berdasarkan hubungan sebab akibat (kausal). Alur yang demikian disebut alur kausal. 3. Berdasarkan tema cerita. Alur yang demikian disebut alur tematik. Dalam cerita yang beralur tematik, setiap peristiwa seolah-olah berdiri sendiri. Kalau salah satu episode dihilangkan cerita tersebut masih dapat dipahami. Adapun struktur alur adalah sebagai berikut: 1. Bagian awal, terdiri atas: 1) paparan (exposition), 2) rangsangan (inciting moment), dan 3) gawatan (rising action). 2. Bagian tengah, terdiri atas: 4) tikaian (conflict), 5) rumitan (complication), dan 6) klimaks. 3. Bagian akhir, terdiri atas: 7) leraian (falling action), dan 8- selesaian (denouement). Dalam membangun alur, ada beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan agar alur menjadi dinamis. Faktor-faktor penting tersebut adalah: 1. Faktor kebolehjadian. Maksudnya, peristiwa-peristiwa cerita sebaiknya tidak selalu realistik tetapi masuk akal. 2. Faktor kejutan. Maksudnya, peristiwa-peristiwa sebaiknya tidak dapat secara langsung ditebak / dikenali oleh pembaca. 3. Faktor kebetulan. Yaitu peristiwa-peristiwa tidak diduga terjadi, secara kebetulan terjadi. Kombinasi atau variasi ketiga faktor tersebutlah yang menyebabkan alur menjadi dinamis. Adapun hal yang harus dihindari dalam alur adalah lanturan (digresi). Lanturan adalah peristiwa atau episode yang tidak berhubungan dengan inti cerita atau menyimpang dari pokok persoalan yang sedang dihadapi dalam cerita. 5. Latar (setting) Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok: a. Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. b. Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. c. Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial. 6. Sudut pandang (point of view) Sudut pandang adalah cara memandang dan menghadirkan tokoh-tokoh cerita dengan menempatkan dirinya pada posisi tertentu. Dalam hal ini, ada dua macam sudut pandang yang bisa dipakai: a. Sudut pandang orang pertama (first person point of view) Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang orang pertama, ‘aku’, narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ‘aku’ tokoh yang berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar, dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ‘aku’ tersebut. Sudut pandang orang pertama masih bisa dibedakan menjadi dua: 1. ‘Aku’ tokoh utama. Dalam sudut pandang teknik ini, si ‘aku’ mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniyah, dalam diri sendiri, maupun fisik, dan hubungannya dengan sesuatu yang di luar dirinya. Si ‘aku’ menjadi fokus pusat kesadaran, pusat cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ‘aku’, peristiwa, tindakan, dan orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita yang demikian, si ‘aku’ menjadi tokoh utama (first person central). 2. ‘Aku’ tokoh tambahan. Dalam sudut pandang ini, tokoh ‘aku’ muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first pesonal peripheral). Tokoh ‘aku’ hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ‘aku’ tambahan tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ‘aku’ hanya tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi oleh orang lain. Si ‘aku’ pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup cerita. b. Sudut pandang orang ketiga (third person point of view) Dalam cerita yang menpergunakan sudut pandang orang ketiga, ‘dia’, narator adalah seorang yang berada di luar cerita, yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka. Nama-nama tokoh cerita, khususnya yang utama, kerap atau terus menerus disebut, dan sebagai variasi dipergunakan kata ganti. Sudut pandang ‘dia’ dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya: 1. ‘Dia’ mahatahu. Dalam sudut pandang ini, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ‘dia’ tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ‘dia’ yang satu ke ‘dia’ yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata. 2. ‘Dia’ terbatas (‘dia’ sebagai pengamat). Dalam sudut pandang ini, pengarang mempergunakan orang ketiga sebagai pencerita yang terbatas hak berceritanya, terbatas pengetahuannya (hanya menceritakan apa yang dilihatnya saja). 7. Gaya bahasa Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa. Gaya bahasa merupakan cara pengungkapan yang khas bagi setiap pengarang. Gaya seorang pengarang tidak akan sama apabila dibandingkan dengan gaya pengarang lainnya, karena pengarang tertentu selalu menyajikan hal-hal yang berhubungan erat dengan selera pribadinya dan kepekaannya terhadap segala sesuatu yang ada di sekitamya. Gaya bahasa dapat menciptakan suasana yang berbeda-beda: berterus terang, satiris, simpatik, menjengkelkan, emosional, dan sebagainya. Bahasa dapat menciptakan suasana yang tepat bagi adegan seram, adegan cinta, adegan peperangan dan lain-lain. B. Unsur Ekstrinsik Prosa :B. Unsur Ekstrinsik Prosa Unsur Ekstrinsik : Unsur yang terdapat di luar karya sastra. Unsur Ekstrinsik Prosa meliputi : - Norma : aturan yang digunakan si pengarang dalam menulis Prosa. - Biografi Pengarang : daftar riwayat hidup si pengarang. Prosa Prosa adalah karya sastra yang disusun dalam bentuk cerita secara bebas, yang tidak terikat rima dan irama. A. Jenis-jenis Prosa 1. Dongeng Dongeng merupakan cerita yang banyak diwarnai peristiwa yang tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi. Contoh: Pangeran Buruk Rupa, Si Kancil dan Buaya 2. Cerpen Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. 3. Novel Novel adalah karya imajinatif yang mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Perbedaan Cerpen dan Novel No Cerpen Novel 1. 2. 3. 4. 5. Hanya ada satu alur/kejadian Perwatakan tokoh diceritakan secara singkat Terjadi konflik yang tidak mengubah nasib tokoh Jumlah halaman 3-10 halaman Hanya ada satu konflik Lebih dari satu alur/kejadian Perwatakan tokoh diceritakan secara mendalam Terjadi konflik tetapi mengubah nasib tokoh Lebih panjang daripada cerpen Lebih dari satu konflik 4. Biografi Biografi adalah riwayat yang ditulis oleh orang lain. 5. Esai Esai merupakan karangan yang berisi ujaran populer dan dengan pola penyajian yang bersifat santai. Ulasan-ulasannya bersifat pribadi, akrab, dan asyik dibaca layaknya obrolan biasa. 6. Kritik Kritik merupakan tanggapan atau pertimbangan atas baik buruknya suatu karya (puisi, cerepn, drama, dsb). Kritik biasanya disertai dengan analisis dan kesimpulan-kesimpulan. 7. Artikel Artikel adalah karya tulis lengkap yang dimuat di Koran, majalah, atau internet. B. Struktur Novel/Cerpen Struktur Intrinsik 1. Tema Tema merupakan pokok pikiran pengarang yang menjadi ide dasar sebuah cerita. 2. Alur (Plot) Alur merupakan rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dengan dasar hubungan sebab-akibat. Secara umum alur dibagi menjadi: a. pengenalan situasi cerita (exposition) b. pengungkapan peristiwa (complication) c. menuju pada adanya konflik (rising action) d. puncak konflik (turning point) e. penyelesaian (ending) Konflik merupakan inti dari sebuah alur. Macam-macam konflik: a. konflik batin: pertentangan manusia dengan dirinya sendiri b. pertentangan manusia dengan sesamanya c. pertentangan manusia dengan lingkungannya, baik itu lingkungan ekonomi, politik, sosial, dan budaya. d. Pertentangan manusia dengan Tuhan atau keyakinannya. 3. Latar (Setting) Latar merupakan keterangan tentang tempat, waktu, dan situasi cerita. 4. Penokohan Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Teknik penggambaran karakter: a. Teknik analitik: karakter tokoh diceritakan secara langsung oleh pengarang b. Teknik dramatik: karakter tokoh dikemukakan melalui penggambaran fisik dan perilaku tokoh; penggambaran lingkungan kehidupan tokoh; penggambaran tata kebahasaan tokoh; pengungakapan jalan pikiran tokoh; dan penggambaran oleh tokoh lain. 5. Point of view atau Sudut Pandang Sudut pandang adalah posisi pengarang dalam membawakan cerita. Posisi pengarang terbagi atas dua sebagai berikut. a. Berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang terlihat dalam cerita yang bersangkutan. b. Hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat. 6. Amanat Amanat merupakan pesan yang disampaikan pengarang. 7. Gaya bahasa Gaya bahasa adalah corak pemakaian bahasa yang berfungsi menciptakan suatu nada atau suasana persuasive serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Struktur Ekstrinsik Struktur ekstrinsik antara lain riwayat hidup pengarang dan kehidupan masyarakat tempat karya sastra diciptakan. Nilai-nilai yang terkandung dalam sastra antara lain: a. nilai moral: pesan moral dari perilaku tokoh b. nilai estetika: aspek keindahan yang melekat pada karya sastra c. nilai sosial budaya: mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah C. Sastra Terjemahan Karya sastra terjemahan tidak bias lepas dari pengaruh sosial budaya tempat karya itu diciptakan. Karya terjemahan member keberagaman informasi perihal masyarakat, bangsa, dan Negara asal karya tersebut. D. Sinopsis Cerpen/Novel Synopsis/ikhtisar digunakan untuk menyingkat isi cerpen, novel atau drama. Tujuannya untuk mengenalkan gambaran umum isi karya sastra tersebut kepada pembaca. E. Resensi Novel Resensi merupakan suatu bentuk tulisan yang berisi tinjauan terhadap kualitas suatu novel atau karya lainnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun resensi novel diuraikan sebagai berikut. 1. Membaca novel yang akan diresensi secara cermat. 2. Menceritakan identitas novel secara lengkap. 3. Memberikan penilaian secara objektif dan kritis. 4. Memperhatikan unsur-unsur yang harus dinilai yakni unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Komentar

Postingan Populer